Ada Pusaka yang Telah Membatu
SEBELUM memasuki Goa, Kuncen Goa Anteg, Dede Abdul Karim, terlebih dahulu mengumandangkan azan. Lalu, menuruni bebatuan Goa sambil melafalkan Basmallah. Dan persis di 5 meter pertama pintu Goa, kita akan menjumpai pusaka peninggalan Pemerintahan Sukakerta, yakni setumpuk padi atau “Geugeusan Pare”.
Tidak hanya itu, terdapat juga makam Istri Prabu Siliwangi, Nyi Mas Subang Larang dengan Gorden di atasnya yang telah membatu, tetapi masih terlihat menyerupai Gorden.
Perjalanan pun berlanjut, kira-kira 5 meter ke depan, satu bebatuan bekas Gapura kerajaan menyambut pengunjung dengan ukiran Kuda di atasnya.
Selepas itu, “KP” pun harus memasuki lubang sempit seukuran tubuh dengan jalan berbelok-belok dan harus menuruni sebuah tangga untuk sampai ke sebuah Goa dengan luas sekitar 20 x 20 meter.
“Guha nu ieu mah lalega, sapertos mendaki gunung wae,” ucap Dede.
Dalam Goa yang sangat luas itu lah, kita akan dikenalkan kembali pada peninggalan lain seperti “Cai Kahuripan, Pabeasan, Beunde Kabuyutan atau Goong, bekas Menara Masjid, Kujang Prabu Siliwangi serta Kujang Syeh Maulana Ratu Galuh”.
Akan tetapi, pusaka-pusaka itu telah membatu, meskipun masih terlihat mirip dengan aslinya. Misal, menara Masjid masih terlihat seperti menara dewasa ini, juga sebuah Kujang yang warnanya hitam keemasan melekat di bebatuan.
“Oge Korsi Gading Gilang Kencana, lambang Burung Garuda dan Peta Sukapura atau Tasikmalaya,” papar Dede.
Untuk mengetahui dari mana asal-muasal benda-benda Pusaka tersebut, Dede pun mengungkapkan, adanya peninggalan itu sebagai petunjuk sejarah bahwa ada kehidupan yang pernah menghuni Goa Anteg.
“Taun ‘80-an mah, buku sejarah na masih aya. Tapi waktos eta teh ditambut ku Jenderal Sudomo sareng Letjen Syafri dicandak ka Jakarta. Saurna mah tos disimpen di Musium Jakarta,” kata Dede. (Jani Noor/”KP”)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar