Selasa, 30 Juli 2013

Menelusuri Goa Anteg, Cikal Bakal Tasikmalaya (2)

Ada Pusaka yang Telah Membatu

Menelusuri Goa Anteg, Cikal Bakal Tasikmalaya (2)

SEBELUM memasuki Goa, Kuncen Goa Anteg, Dede Abdul Karim, terle­bih dahulu mengumandangkan azan. Lalu, menuruni bebatuan Goa sambil melafalkan Basmallah. Dan persis di 5 me­ter pertama pintu Goa, kita akan men­jumpai pusaka peninggalan Peme­rintahan Sukakerta, yakni setumpuk padi atau “Geugeusan Pare”.
Tidak hanya itu, terdapat juga ma­kam Istri Prabu Siliwangi, Nyi Mas Su­bang Larang dengan Gorden di atasnya yang telah membatu, tetapi masih terlihat menyerupai Gorden.
Perjalanan pun berlanjut, kira-kira 5 meter ke depan, satu bebatuan bekas Gapura kerajaan menyambut pengunjung dengan ukiran Kuda di atasnya.
Selepas itu, “KP” pun harus memasuki lubang sempit seukuran tubuh de­ngan jalan berbelok-belok dan harus me­nuruni sebuah tangga untuk sampai ke sebuah Goa dengan luas sekitar 20 x 20 meter.
“Guha nu ieu mah lalega, sapertos mendaki gunung wae,” ucap Dede.
Dalam Goa yang sangat luas itu lah, kita akan dikenalkan kembali pada peninggalan lain seperti “Cai Kahuripan, Pabeasan, Beunde Kabuyutan atau Goong, bekas Menara Masjid, Kujang Prabu Siliwangi serta Kujang Syeh Maulana Ratu Galuh”.
Akan tetapi, pusaka-pusaka itu telah membatu, meskipun masih terlihat mirip dengan aslinya. Misal, menara Masjid masih terlihat seperti menara dewasa ini, juga sebuah Kujang yang warnanya hitam keemasan melekat di bebatuan.
“Oge Korsi Gading Gi­lang Kencana, lambang Bu­rung Garuda dan Peta Su­kapura atau Ta­sikma­la­ya,­” ­papar Dede.
Untuk mengetahui dari mana asal-muasal benda-benda Pusaka tersebut, Dede pun mengungkapkan, adanya peninggalan itu sebagai petunjuk sejarah bahwa ada kehidupan yang pernah menghuni Goa Anteg.
“Taun ‘80-an mah, buku sejarah na masih aya. Tapi waktos eta teh ditambut ku Jenderal Sudomo sareng Letjen Syafri dicandak ka Jakarta. Saurna mah tos disimpen di Musium Jakarta,” kata Dede. (Jani Noor/”KP”)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar