Menelusuri Mitos Situ Cibeureum ( 3 )
Wartawan HU. Kabar Priangan
Si Kohkol Pembawa Rejeki
Dalam tulisan sebelumnya, disebutkan bahwa masyarakat yang berada di sekitar Situ Cibeureum mempercayai adanya Si Layung, ikan sejenis Ikan Mas yang disebut-sebut sebagai penunggu atau “anu ngageugeuh” Situ Cibeureum.
Dan selain Si Layung, warga pun ada juga yang mempercayai bahwa di situ ini ada pula Si Kohkol, seekor Ikan sejenis Ikan Deleg yang kerap muncul jika kondisi air situ sedang melimpah. Bahkan Si Kohkol ini bisa muncul seminggu sekali.
Ahmad, salah seorang warga yang tinggal di sekitar situ mengakui adanya mitos tentang Si Kohkol ini. Dia mengatakan, dinamakan Si Kohkol, karena menurut warga yang pernah melihatnya, ikan jenis Deleg ini bentuk dan besarnya mirip kohkol atau kentongan.
Menurut cerita dari mulut ke mulut, kata Ahmad, kemunculan Si Kohkol ini ditandai dengan kemunculan ikan-ikan kecil di permukaan situ. “Pokoknya, jika di permukaan situ banyak sekali ikan-ikan kecil, maka sebagian warga percaya bahwa saat itu Si Kohkol sedang berada di Situ Cibeureum ini,” katanya.
Kuncen Situ Cibeureum, Atang (60) membenarkan tentang cerita Si Kohkol ini. Menurutnya, Si Kohkol ini tidak berdiam diri di Situ Cibeureum saja, melainkan “ngider” ke setiap situ yang berada di wilayah Priangan Timur. "Di Situ Ageung (Gede) juga sering muncul, termasuk di Situ Sanghiyang dan Panjalu," ujarnya.
Kendati demikian, untuk mengetahui ada tidaknya Si Kohkol di Situ Cibeureum, dapat ditandai kalau air situ mendadak bergelombang dan munculnya ikan-ikan kecil.
"Kalau ada Si Kohkol, para pencari ikan pasti marema,” katanya.
Si Kohkol ini, lanjut Atang, biasanya berada di pinggiran situ. Berbeda dengan Si Layung yang suka di tengah situ. “Dan seperti biasa, kalau musim kemarau tiba, Si Kohkol juga tidak tahu kemana perginya. Dia akan pergi ke situ yang airnya tidak surut,” katanya.
Tak hanya Si Kohkol dan Si Layung, di Situ Cibeureum ini terdapat pula mitos tentang keberadaan “embel” yang kerap memakan korban. Umumnya, kata “embel” ini berupa rawa. Namun di Situ Cibeureum ini, nama “embel” diambil untuk menggambarkan pusat mata air situ ini.
Atang menerangkan, terdapat tiga titik “embel’ di Situ Cibeureum ini, yakni di tengah, bakung dan pinggir situ dekat bahu jalan raya. Siapapun yang masuk ke daerah “embel” tersebut, tutur Atang, bisa tersedot dan tenggelam ditelan air.
“Embel tersebut dapat menyedot benda keras diatasnya. Makana, warga nu terangeun mah tara wani-wani ancrub ka situ," jelasnya. (Bersambung)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar