Kamis, 01 Agustus 2013
Tembok Pembatas Jebol
TAMANSARI, (KP).-
Tembok batas kompleks Marhamah Regency, di Kampung Pangkalan Wetan RT 02/12, Kelurahan Mulyasari jebol, Kamis malam (4/4).*
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, Hanya saja beberapa warga yang berada persis di bawah tembok batas perumahan setinggi empat meter dengan panjang 200 meter mengungsi. Mereka khawatir kejadian serupa menimpa rumahnya.
"Abdi ti wengi oge tos ngungsi, bumi dikosongkeun we da paur," kata Ny Nining (36) warga setempat.
Rumah milik Ny Nining berada persis di bawah tembok pembatas perumahan dan hanya terhalang bangunan madrasah dari lokasi tembok yang ambrol.
Bahkan bagian dapur rumahnya sudah retak dan keluar rembesan air. Ia mengungsi ke bangunan yang disewa ibunya yang kebetulan kosong tidak jauh dari rumahnya.
Batas perumahan yang jebol tersebut berada persis di belakang Madrasah Diniyah Awaliyah Nurussalam. Tembok yang jebol diperkirakan mencapai 20 meter. Bagian pondasi rumah yang sedang dibangun di lokasi perumahan pun ambrol. B
ahkan beberapa material seperti pasir dan bata untuk membangun perum terbawa longsor menima lahan kosong yang dijadikan pemakaman.
Kepala Kelurahan Mulyasari Ruhin mengatakan ada 23 bangunan di lokasi yang sama kondisinya terancam, termasuk mesjid dan Madrasah. Atau ada 21 kepala keluarga yang hidup dalam bayang-bayang ketakutan. Pasalnya kondisi benteng pembatas perumahan sudah terlihat cembung dan tidak lurus lagi.
Di beberapa rumah warga malah sudah ada yang retak dan keluar rembesan air termasuk di madrasah.
"Kita mau minta ke pihak pengembang untuk segera mengganti tembok batas, karena memang kondisinya sudah menghawatirkan," kata Lurah.
Jika terus-terusa dibiarkan, tegas Ruhin masyarakat tidak akan memiliki ketenangan. Mereka terus khawatir, karena yang dijadikan batas pengaman itu tembok bekas pagar yang sudah rapuh.
"Pagarnya tidak diganti, tapi malah ditimpah, jadi tidak kuat menahan beban, ini mau tidak mau harus diganti dengan pondasi yang baru," tegas Ketua LPM Kelurahan Mulyasari, H Endang Sumantri.
Ketua RT 02, Eman Suherman mengakui masyarakat sangat khawatir kejadian tersebut bisa terus terjadi di titik-titik lainya. Warga awalnya dikagetkan dengan suara "pepeletekan" kecil yang akhirnya disusul dengan suara gemuruh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar